Bagaimana cara melihat tipikal anak dengan jiwa kompetitif yang perlu pengarahan pendidikan karakter lebih baik? Ini dia:
1. Sering Besar Kepala
Anak tersebut sadar bahwa dia memiliki banyak kualitas positif dibandingkan anak lain, sehingga menjadikannya sosok yang besar kepala. Satu sisi, tentu Anda tidak ingin dia dikucilkan oleh teman-temannya yang melihat tabiat tersebut.
Cobalah untuk mengingatkan anak agar tidak sombong dan membantu temannya yang tidak lebih unggul. Ketika Anda memberikan pujian, jangan fokus pada "kemenangan" semata, namun kualitas mengagumkan yang membantunya sampai di sana, seperti kerja keras, motivasi, dan fakta bahwa dia tidak menyerah meskipun merasa kesulitan.
2. Menghukum Diri Sendiri
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa perasaan kalah unggul lantas menghukum diri sendiri bisa dilakukan oleh anak. Jika kondisi ini terjadi, usahakan agar dia tidak merasa sendiri dengan cara terus memberikan dukungan.
Jika anak tampak frustrasi karena kalah, pujilah usahanya dan soroti hal-hal baik yang telah dilakukan. Anda juga dapat mempertimbangkan untuk mengalihkan fokusnya dari persaingan ke pengembangan keterampilan dengan melibatkan kegiatan yang bersifat seni dan membangun kemampuan sosial.
3. Tidak Menghargai Pesaing
Ada kalanya anak meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia lebih baik daripada orang lain dengan cara yang salah, seperti meremehkan pesaingnya atau telah melakukan kecurangan. Mengajarkan anak rasa hormat, bahkan ketika dia memang lebih berbakat, akan membantunya berkembang hingga dewasa nanti.
Ajarkan anak untuk berbesar hati atas kesalahan dan minta dia untuk mencontoh hal-hal yang sama dengan pesaingnya sebagai bentuk menghargai orang lain. Dorong anak Anda untuk bersaing secara sehat, agar dia belajar bangga dengan kemampuan yang dimiliki tanpa harus menjatuhkan orang lain.
Sudah siap? Kini saatnya menciptakan potensi lewat pendidikan karakter anak!
Pendidikan Karakter dan Kecerdasan Anak
Mengembangkan lewat pendidikan karakter anak sangatlah penting.
Kenali jenis-jenis kecerdasan anak yang bisa dibentuk sejak lahir di bawah ini:
- Kecerdasan linguistik
Tipe kecerdasan anak ini menitikberatkan kepada kemampuan penggunaan bahasa melalui aktivitas membaca, menulis, dan bicara. Dia sangat menonjol dalam bermain kata, mengarang cerita dan puisi, berpidato, serta gemar terlibat dalam diskusi maupun debat.
- Kecerdasan Logika-Matematik
Kecerdasan anak jenis ini berhubungan dengan angka, matematika, dan logika untuk memahami berbagai pola yang terjadi dalam kehidupan. Dia memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah, senang bermain puzzle atau teka-teki, eksperimen, menanyakan berbagai pertanyaan, dan mahir menganalisa orang lain.
- Kecerdasan Visual Spasial
Jenis kecerdasan anak ini berhubungan dengan bentuk, gambar, pola, warna, desain, dan tekstur yang dapat dilihat dengan mata. Mereka yang unggul dalam bidang ini umumnya mahir menggambar, melukis, membuat figur dengan tanah liat, serta mengolah kertas dan kain. Dia juga mahir membaca peta, membayangkan bangun ruang, dan visualisasi benda.
- Kecerdasan Kinestetik
Anak yang memiliki kecerdasan ini umumnya menonjol dalam bidang olahraga dan aktivitas fisik lainnya, seperti menari, bersepeda, hingga menjaga keseimbangan tubuh. Mereka dapat mengekspresikan diri dengan baik melalui bahasa tubuh, dapat mencontoh gerakan dengan cepat, senang melakukan permainan yang memerlukan keterampilan fisik.
- Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan anak jenis ini adalah kemampuan untuk menjalin hubungan dengan orang lain – terutama teman dan rekan kerja. Anak dengan kecerdasan ini memiliki kemampuan berkomunikasi yang efektif, kemampuan sosial yang baik, memiliki banyak teman, senang bekerja dalam tim, memiliki empati yang baik terhadap orang lain.
- Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan anak ini memungkinkan anak untuk mengintrospeksi diri sendiri mengenai makna dan tujuan hidup, kepercayaan, emosi, dan spiritualitas diri sendiri. Mereka umumnya lebih nyaman bekerja sendiri, terkadang memiliki waktu untuk menyendiri dari orang banyak, mawas diri, memiliki kreativitas, serta kebijaksanaan.
Anak memiliki kemauan yang kuat dan kepercayaan diri yang tinggi. Mereka pun cenderung dapat memotivasi diri sendiri tanpa bantuan atau dorongan dari pihak luar. Tidak jarang, banyak teman menjadikan anak yang memiliki kecerdasan tersebut sebagai tempat untuk berkonsultasi.
- Kecerdasan Naturalis
Anak dengan tipe kecerdasan ini sangat tertarik dan menghargai segala sesuatu yang berhubungan dengan alam, seperti tumbuh-tumbuhan, hewan, lingkungan, cuaca, dan lain-lain. Dia lebih menyukai kegiatan di luar ruangan, senang mengoleksi benda-benda yang berhubungan dengan alam seperti daun, serangga, kulit kerang, serta senang memelihara hewan.
- Kecerdasan Musikal
Tipe kecerdasan anak ini menekankan pada kemampuan untuk mengenali nada, vibrasi, bunyi, dan ketukan. Si Kecil yang menonjol dalam bidang ini menyukai musik dan suara-suara alam, seperti bunyi serangga, suara air, bunyi hujan, dan lain-lain. Stimulasikan dirinya dengan cara mendengarkan musik, menyanyi, dan menari bersama.
Mengenalkan Pendidikan Karakter Anak Sejak di Rumah
Sejatinya, menerapkan pendidikan karakter anak bisa dimulai sejak di rumah. Sosialisasi primer bisa begitu krusial bagi tumbuh kembangnya menuju tahapan dewasa kelak.
Pada bahasan ini, orang tua sebagai sosok terdekat dengan anak diharapkan dapat mendampinginya dengan baik. Sebuah tantangan dalam mendidik, membesarkan, serta mempersiapkan masa depan anak yang berkualitas.
Beberapa cara yang dapat dilakukan orang tua, meliputi:
- Orang tua harus memberikan contoh yang positif dalam berperilaku kepada anak.
- Orang tua mesti membantu dan memperhatikan cara belajarnya.
- Berikan respons kepada setiap perilaku anak. Jika ia berperilaku baik berikan pujian, jika ia berperilaku tidak baik berikan pengertian dan pemahaman yang tepat.
- Bantu anak untuk bersosialisasi kepada lingkungan di sekitar rumahnya.
- Dampingi anak saat melihat berita atau menonton film.
- Beri pengetahuan mengenai agama kepada anak sejak dini.
Penelitian yang diterbitkan dalam The Lancet Child & Adolescent Health, melibatkan sekitar 4.500 anak asal Amerika Serikat berusia 8 hingga 11 tahun. Ditemukan hasil bahwa hanya 37 persn anak yang memenuhi batas waktu penggunaan gawai selama 2 jam atau kurang per hari, dan cuma 18% memenuhi rekomendasi aktivitas fisik setidaknya 60 menit.
Lewat angka tersebut, bisa dilihat bahwa masih gawai begitu mempengaruhi aktivitas anak per hari.
Hal ini jelas-jelas mempengaruhi perkembangan otak yang seharusnya dapat tumbuh dengan baik di usia belia.
Para peneliti menemukan bahwa penggunaan gawai terus-terusan memiliki hubungan erat antara kemampuan kognitif yang berkaitan dengan memori, perhatian, daya tangkap dan bahasa. Tak jarang, mayoritas anak tidak mampu memenuhi seluruh kemampuan kognitif tersebut akibat adanya gangguan dari luar seperti penggunaan gawai berlebihan.
Sudah paham ‘kan? Jadi, terapkan pendidikan karakter anak mulai sekarang demi masa depan yang lebih baik!
0 comments:
Posting Komentar